Perpustakaan Berbasis Warung Kopi

• Oleh Sofia Nurani, S.Hum
• 31 Oktober 2014
• 1646

Sebarkan Sepuluh Ribu Buku di 10 Warung Kopi: Perpustakaan Warung Kopi dan Komunitas


LAUNCHING program Perpustakaan Berbasis Warung Kopi dan Komunitas di Kota Pontianak oleh Unit Pelayanan Perpustakaan Kalbar diselenggarakan bersamaan dengan kegiatan lomba balap kopi dalam rangka perayaan HUT ke-243 Pontianak. Kegiatan yang dihadiri oleh ratusan warga Pontianak itu diadakan di alun-alun kapuas, Minggu (26/10) malam.Meski awalnya turun hujan namun antusias masyarakat tidak berkurang. Setelah hujan reda sekitar pukul 19.30 kegiatan dimulai dan dibuka oleh Wakil Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono.

Edi mengungkapkan rasa bahagianya atas program inspiratif ini. Menurutnya, selain tempat kongkow biasa, warung kopi juga merupakan tempat berkumpulnya kaum intelektual dan tempat yang efektif untuk berbagi informasi. Keberadaan buku di warung kopi pelan-pelan juga akan mengubah kebiasaan masyarakat dari budaya bergosip menuju budaya membaca.”Kepada seluruh masyarakat Pontianak saya mengajak untuk ikut mendukung program yang kreatif ini, sehingga mampu menjadi masyarakat cerdas yang sanggup menghadapi segala tantangan,” ujarnya.

Kepala Unit Pelayanan Perpustakaan Kalbar, Untad Darmawan juga mengatakan pos pelayanan perpustakaan yang berada di warung kopi dan komunitas ini merupakan langkah konkret dari perpustakaan dalam upaya menumbuhkan minat baca di masyarakat Kalbar khususnya di Pontianak. Menurut Untad, upaya jemput bola dengan mendatangkan buku di ruang publik seperti warung kopi secara otomatis akan membuat masyarakat semakin akrab dengan buku. Terlebih warung kopi di Pontianak sudah menjadi kebudayaan tempat masyarakat dari berbagai kalangan berinteraksi.

Untad menjelaskan bahwa kegiatan ini bukan spontanitas belaka, namun sudah direncanakanan jauh hari sebelumnya dan memakan proses yang panjang. Diawali pada September 2014 perpustakaan menyelenggarakan focus group discussion (FGD) yang dihadiri oleh pemilik warung kopi, komunitas baca tulis, lembaga swadaya masyarakat, mahasiswa, budayawan dan masyarakat umum.

Dari FGD yang diselenggarakan 1 tahun lalu tersebut didapatkan kesimpulan bahwa sudah saatnya diperlukan terobosan guna merangsang masyarakst membaca. Awal tahun 2014 diselenggarakan survei sebanyak tiga tahap. Survei ini tersebar di 20 titik yang terbagi 10 titik warung kopi dan 10 titik komunitas. Pasca-survei, kembali diselenggarakan FGD yang berisi tentang pemaparan hasil survei dan evaluasi. Pada tahap ini, masyarakat kembali terlibat. Hingga akhirnya, pada Oktober yang bertepatan dengan HUT Kota Pontianak, peluncuran pos layanan perpustakaan berbasis warung kopi dan komunitas berhasil diluncurkan.

“Tentu saja kegiatan ini bisa berjalan dengan baik berkat kerja sama dari berbagai pihak. Kami dari pemerintah, tidak bisa berbuat banyak jika tidak ada partisipasi aktif dari masyarakan seperti pemilik warung kopi, komunitas, juga para relawan,” jelas Untad.Sementara itu salah satu relawan yang membantu proses survei, Pay Jarot Sujarwo menambahkan untuk setiap titiknya warkop dan komunitas akan mendapatkan 500 buku. Jadi dari 20 titik, untuk tahap awal jumlah buku yang akan diberikan mencapai 10 ribu buku.

“Untuk jenis buku juga sudah survei sejak lama, jadi buku yang akan diberikan ke setiap titik berbeda-beda, tergantung buku apa yang banyak diminati,” paparnya.Acara pun ditutup dengan penyerahan buku secara simbolis oleh wakil wali kota dan Kepala Perpustakaan kepada perwakilan Komunitas Melek Media, Syf. Ratih Komala dan perwakilan warung kopi, Imelda Panjaitan. Kemudian dilanjutkan dengan meninjau gerobak pustaka cafe yang setiap harinya buka di perpustakaan dari sore hingga malam hari.

Sumber: pontianakpost.com